watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

ABIS IBUNYA ANAKNYA GW SIKAT

Panggil saja aku Ade, panggilan sehari-hari
meski aku bukan anak bontot. Aku murid SMU
kelas 3. Aku tinggal di sebuah perumahan di
Jakarta. Daerahnya mirip-mirip di PI deh, tapi
bukan perumahan “or-kay” kok. Sekitar
beberapa bulan lalu, rumah kontrakan kosong di
sebelah kiri rumahku ditempati oleh keluarga
baru.
Awalnya mereka jarang kelihatan, namun
sekitardua minggu kemudian mereka sudah
cepat akrab dengan tetangga–tetangga sekitar.
Ternyata penghuninya seorang wanita dengan
perkiraanku umurnya baru 30-an, anak
perempuannya dan seorang PRT. Nama
lengkapnya aku tidak tahu, namun nama
panggilannya Tante Yana. Anaknya bernama
Anita, sepantaran denganku, siswi SMU kelas 3.
Ternyata Tante Yana adalah janda seorang
bulekalau tidak salah, asal Perancis. Sikapnya
friendly, gampang diajak ngobrol. Tapi, yang
paling utama adalah penampilannya yang
“mengundang”. Rambutnya ikal di bawah
telinga. Kulitnya coklat muda. Bodinya tidak
langsing tapi kalau dilihat terus, malah jadi seksi.
Payudaranya juga besar. Taksiranku sekitar 36-
an.
Yang membikin mengundang adalah Tante Yana
sering memakai baju sleeveless dengan celana
pendek sekitar empat jari dari lutut. Kalau duduk,
celananya nampak sempit oleh pahanya.
Wajahnya tidak cantik–cantik amat, wajah ciri
khas Indonesia, tipe yang disuka orang-orang
bule. Seperti bodinya, wajahnya juga kalau
diperhatikan, apalagi kalau bajunya agak
“terbuka”, malah jadi muka–muka ranjang gitu
deh. Dari cara berpakaiannya aku mengira kalau
Tante Yana ituhypersex. Kalau Anita, kebalikan
ibunya. Wajahnya cantik Indo, dan kulitnya
putih. Rambutnya hitam kecoklatan, belah
pinggir sebahu. Meski buah dadanya tidak terlalu
besar, kecocokan pakaiannya justru membuat
Anita jadi seksi. Nampaknya aku terserang
sindrom tetangga sebelah nih.
Berhari-hari berlalu, nafsuku terhadap Tante Yana
semakin bergolak sehingga aku sering nekat
ngumpet di balik semak-semak, onani sambil
melihati Tante Yana kalau sedang di luar rumah.
Tapi terhadap Anita, nafsuku hanya sedikit, itu
juga karena kecantikannya dan kulit putihnya.
Nafsu besarku kadang-kadang membuatku ingin
menunjukkan batangku di depan Tante Yana dan
onani didepan dia. Pernah sesekali kujalankan
niatku itu, namun pas Tante Yana lewat, buru-
buru kututup “anu”-ku dengan baju, karena takut
tiba-tiba Tante Yana melapor sama ortu. Tapi,
kenyataannya berbeda. Tante Yana justru
menyapaku, (dan kusapa balik sambil menutupi
kemaluanku), dan pas di depan pagar
rumahnya, ia tersenyum sinis yang menjurus ke
senyuman nakal. “Ehem.. hmm..” dengan
sorotan mata nakal pula. Sejenak aku
terbengong dan menelan ludah, serta malah
tambahnafsu.
Kemudian, pada suatu waktu, kuingat sekali itu
hari Rabu. Saat aku pulang kuliah dan mau
membuka pagar rumah, Tante Yana
memanggilku dengan lembut, “De, sini dulu..
Tante bikinin makanan nih buat papa-mamamu.”
Langsung saja kujawab, “Ooh, iya Tante..”
Nafasku langsung memburu, dan dag dig dug.
Setengah batinku takut dan ragu-ragu, dan
setengahnya lagi justru menyuruh supaya
“mengajak” Tante Yana. Tante Yana memakai
baju sleeveless hijau muda, dan celana pendek
hijau muda juga. Setelah masuk ke ruang
tamunya, ternyata Tante Yana hanya sendirian,
katanya pembantunya lagi belanja. Keadaan
tersebut membuatku semakin dag dig dug. Tiba-
tiba tante memanggilku dari arah dapur, “De, sini
nih.. makanannya.” Memang benar sih, ada
beberapa piring makanan di atas baki sudah
Tante Yana susun.
Saat aku mau mengangkat bakinya, tiba-tiba
tangan kanan Tante Yana mengelus pinggangku
sementara tangan kirinya mengelus
punggungku. Tante Yana lalu merapatkan
wajahnya di pipiku sambil berkata, “De, mm..
kamu.. nakal juga yah ternyata..” Dengan
tergagap-gagap aku berbicara, “Emm.. ee.. nakal
gimana sih Tante?” Jantungku tambah cepat
berdegup. “Hmm hmm.. pura-pura nggak inget
yah? Kamu nakal.. ngeluarin titit, udah gitu
ngocok-ngocok..”Tante Yana meneruskan
bicaranya sambil meraba-raba pipi dekat bibirku.
Kontan saja aku tambah gagap plus kaget karena
Tante Yana ternyata mengetahuinya. Itulah
sebabnya dia tersenyum sinis dan nakal waktu
itu. Aku tambah gagap, “Eeehh? Eee.. itu..” Tante
Yana langsung memotong sambil berbisik
sambil terus mengelus pipiku dan bahkan
pantatku. “Kamu mau yah sama Tante? Hmm?”
Tanpa banyak omong-omong lagi, tante
langsung mencium ujung bibir kananku dengan
sedikit sentuhan ujung lidahnya.
Ternyata benar perkiraanku, Tante Yana
hypersex. Aku tidak mau kalah, kubalas
segeraciumannya ke bibir tebal seksinya itu. Lalu
kusenderkan diriku di tembok sebelah wastafel
dan kuangkat pahanya ke pinggangku. Ciuman
Tante Yana sangat erotis dan bertempo cepat.
Kurasakan bibirku dan sebagian pipiku basah
karena dijilati oleh Tante Yana. Pahanya yang tadi
kuangkat kini menggesek-gesek pinggangku.
Akibat erotisnya ciuman Tante Yana, nafsuku
menjadi bertambah. Kumasukkan kedua
tanganku ke balik bajunya di punggungnya
seperti memeluk, dan kuelusi punggungnya.
Saat kuelus punggungnya, Tante Yana
mendongakkan kepalanya dan terengah. Sesekali
tanganku mengenai tali BH-nya yang kemudian
terlepas akibat gesekan tanganku. Kemudian
Tante Yana mencabut bibirnya dari bibirku,
menyudahi ciuman dan mengajakkuuntuk ke
kamarnya.
Kami buru-buru ke kamarnya karena sangat
bernafsu. Aku sampai tidak memperhatikan
bentuk dan isi kamarnya, langsung direbah oleh
Tante Yana dan meneruskan ciuman. Posisi
Tante Yana adalah posisi senggama kesukaanku
yaitu nungging. Ciumannya benar-benar erotis.
Kumasukkan tanganku ke celananya dan aku
langsung mengelus belahan pantatnya yang
hampir mengenai belahan vaginanya. Tante
Yana yang hyper itu langsung melucuti kaosku
dengan agak cepat. Tapi setelah itu ada adegan
baru yang belum pernah kulihat baik di film semi
ataupun di BF manapun. Tante Yana meludahi
dada abdomen-ku dan menjilatinya kembali.
Sesekali aku merasa seperti ngilu ketikalidah
Tante Yana mengenai pusarku. Ketika aku
mencoba mengangkat kepalaku, kulihat bagian
leher kaos tante Yana kendor, sehingga buah
dadanya yang bergoyang-goyang terlihat jelas.
Kemudian kupegang pinggangnya dan
kupindahkan posisinya ke bawahku. Lalu,
kulucuti kaosnya serta beha nya, kulanjutkan
menghisapi puting payudaranya. Nampak Tante
Yana kembali mendongakkan kepalanya dan
terengah sesekali memanggil namaku.
Sambil terus menghisap dan menjilati
payudaranya, kulepas celana panjangku dan
celana dalamku dan kubuang ke lantai. Ternyata
pas kupegang “anu”-ku, sudah ereksi dengan
level maksimum. Sangat keras dan ketika
kukocok-kocok sesekali mengenai dan
menggesek urat-uratnya. Tante Yana pun
melepas celana-celananya dan mengelusi bulu-
bulu dan lubang vaginanya. Ia juga meraup
sedikit mani dari vaginanya dan memasukkan
jari-jari tersebut ke mulutku. Aku langsung
menurunkan kepalaku dan menjilati daerah
“bawah” Tante Yana. Rasanya agak seperti asin-
asinditambah lagi adanya cairan yang keluar dari
lubang “anu”-nya Tante Yana. Tapi tetap saja aku
menikmatinya. Di tengah enaknya menjilat-jilati,
ada suara seperti pintu terbuka namun
terdengarnya tidak begitu jelas. Aku takut
ketahuan oleh pembantunya atau Anita.
Sejenak aku berhenti dan ngomong sama Tante
Yana, “Eh.. Tante..” Ternyata tante justru
meneruskan “adegan” dan berkata, “Ehh.. bukan
siapa-siapa.. egghh..” sambil mendesah.
Posisiku kini di bawah lagi dan sekarang Tante
Yana sedang menghisap “lollypop”.
Ereksikusemakin maksimum ketika bibir dan
lidah Tante Yana menyentuh bagian-bagian
batangku. Tante Yanamengulangi adegan
meludahi kembali. Ujung penisku diludahi dan
sekujurnya dijilati perlahan. Bayangkan,
bagaimana ereksiku tidak tambah maksimum??
Tak lama, Tante Yana yang tadinya nungging,
ganti posisi berlutut di atas pinggangku. Tante
Yana bermaksud melakukan senggama. Aku
sempat kaget dan bengong melihat Tante Yana
dengan perlahan memegang dan mengarahkan
penisku ke lubangnya layaknya film BF saja. Tapi
setelah ujungnya masuk ke liang senggama,
kembali aku seperti ngilu terutama di bagian
pinggang dan selangkanganku dimana kejadian
itusemakin menambah nafsuku.Tante mulai menggoyangkan tubuhnya dengan
arah atas-bawah awalnya dengan perlahan. Aku
merasa sangat nikmat meskipun Tante Yana
sudah tidak virgin. Di dalam liang itu, aku merasa
adacairan hangat di sekujur batang kemaluanku.
Sambil kugoyangkan juga badanku, kuelus
pinggangnya dan sesekali buah dadanya
kuremas-remas. Tante Yana juga mengelus-elus
dada dan pinggangku sambil terus bergoyang
dan melihatiku dengan tersenyum. Mungkin
karena nafsu yang besar, Tante Yana bergoyang
sangat cepat tak beraturan entah itu maju-
mundur atau atas bawah. Sampai-sampai
sesekali aku mendengar suara “Ngik ngik ngik”
dari kaki ranjangnya. Akibat bergoyang sangat
cepat, tubuh Tante Yana berkeringat. Segera
kuelus badannya yang berkeringat dan
kujilatitanganku yang penuh keringat dia itu.
Lalu posisinya berganti lagi, jadinya aku
bersandar di ujung ranjang, dan Tante Yana
menduduki pahaku. Jadinya, aku bisa mudah
menciumi dada dan payudaranya. Juga kujilati
tubuhnya yang masih sedikit berkeringat itu, lalu
aku menggesekkan tubuhku yang juga sedikit
berkeringat kedada Tante Yana. Tidak kupikirkan
waktu itu kalau yang kujilati adalah keringat
karena nafsu yang terlalu meledak. Tak lama, aku
merasa akan ejakulasi. “Ehh.. Tante.. uu..
udaahh..” Belum sempat aku menyelesaikan
kata-kataku, Tante Yana sudah setengah berdiri
dan nungging di depanku. Tante Yana
mengelus-elus dan mengocok penisku, dan
mulutnya sudah ternganga dan lidahnya
menjulur siap menerima semprotan spermaku.
Karena kocokan Tante Yana, aku jadi ejakulasi.
“Crit.. crroott.. crroott..” ternyata semprotan
spermaku kuhitung sampai sekitar tujuh kali
dimana setiap kencrotan itu mengeluarkan
sperma yang putih, kental dan banyak. Sesekali
jangkauan kencrotannya panjang, dan mengenai
rambut Tante Yana. Mungkin ada juga yang
jatuh ke sprei. Persis sekali film BF.
Kulihat wajah Tante Yana sudah penuh sperma
putih kental milikku. Tante Yana yang
memanghyper, meraup spermaku baik dari
wajahnya ataupun dari sisa di sekujur batangku,
dan memasukkan ke mulutnya. Setelah itu, aku
merasa sangat lemas. Staminaku terkuras oleh
Tante Yana. Aku langsung rebahan sambil
memeluk Tante Yana sementara penisku masih
tegak namuntidak sekeras tadi.
Sekitar seminggu berlalu setelah ML sama Tante
Yana. Siang itu aku sedang ada di rumah hanya
bersama pembantu (orang tuaku pulangnya
sore atau malam, adikku juga sedang sekolah).
Sekitar jam satu-an, aku yang sedang duduk di
kursi malas teras, melihat Tante Yana mau pergi
entah kemana dengan mobilnya. Kulihat Anita
menutup pagar dan ia tidak melihatku. Sekitar 10
menitkemudian, telepon rumahku berdering.
Saat kuangkat, ternyata Anita yang menelepon.
Nada suaranya agak ketus, menyuruhku ke
rumahnya. Katanya ada yang ingin diomongin.
Di ruang tamunya, aku duduk berhadapan sama
Anita. Wajahnya tidak seperti biasanya, terlihat
jutek, judes, dan sebagainya. Berhubung dia
seperti itu, aku jadi salah tingkah dan bingung
mau ngomong apa.
Tak lama Anita mulai bicara duluan dengan nada
ketus kembali,
“De, gue mau tanya!”
“Hah? Nanya apaan?” Aku kaget dan agak dag
dig dug.
“Loe waktu minggu lalu ngapain sama nyokap
gue?” Dia nanya langsung tanpa basa-basi.
“Ehh.. minggu lalu? Kapan? Ngapain emangnya?”
Aku pura-pura tidak tahu dan takutnya dia mau
melaporkan ke orang tuaku.
“Aalahh.. loe nggak usah belagak bego deh..
Emangnya gue nggak tau? Gue baru pulang
sekolah, gue liat sendiri pake mata kepala gue..
gue intip dari pintu, loe lagi make nyokap gue!!”
Seketika aku langsung kaget, bengong, dan tidak
tahu lagi mau ngapain, badan sudah seperti mati
rasa. Batinku berkata, “Mati gue.. bisa-bisa gue
diusir dari rumah nih.. nama baik ortu gue bisa
jatoh.. mati deh gue.”
Anita pun masih meneruskan omongannya,
“Loe napsu sama nyokap gue??”
Anita kemudian berdiri sambil tolak pinggang.
Matanya menatap sangat tajam. Aku cuma bisa
diam, bengong tidak bisa ngomong apa-apa.
Keringat di leher mengucur. Anita
menghampiriku yang hanya duduk diam kaku
beku perlahan masih dengan tolak pinggang dan
tatapan tajam. Pipiku sudah siap menerima
tamparan ataupun tonjokan namun untuk hal dia
akan melaporkannya ke orang tuaku dan aku
diusir tidak bisa aku pecahkan. Tapi, sekali lagi
kenyataan sangat berbeda. Anita yang memakai
kaos terusan yang mirip daster itu, justru
membuka ikatan di punggungnya dan
membukakaosnya. Ternyata ia tidak
mengenakan beha dan celana dalam. Jadi di
depanku adalah Anita yang bugil. Takutku kini
hilang namun bingungku semakin bertambah.
“Kalo gitu, loe mau juga kan sama gue?” Anita
langsung mendekatkan bibir seksi-nya ke
bibirku. Celana pendekku nampak kencang di
bagian “anu”.
Kini yang kurasakan bukan ciuman erotis seperti
ciuman Tante Yana, namun ciuman Anita yang
lembut dan romantis. Betapa nikmatnya ciuman
dari Anita. Aku langsung memeluknya lembut.
Tubuh putihnya benar-benar mulus. Bulu
vaginanya sekilas kulihat coklat gelap. Sesegera
mungkin kulepas celana-celanaku dan Anita
membuka kaosku. Lumayan lama Anita
menciumiku dengan posisimembungkuk.
Kukocok-kocok penis besarku itu sedikit-sedikit.
Aku langsung membisikkannya, “Nit, kita ke
kamarmu yuk..!” Anita menjawab, “Ayoo..
biarlebih nyaman.” Anita kurebahkan di
ranjangnya setelah kugendong dari ruang tamu.
Seperti ciuman tadi, kali ini suasananya lebih
lembut, romantis dan perlahan. Anita sesekali
menciumi dan agak menggigit daun telingaku
ketika aku sedang mencumbu lehernya. Anita
juga sesekali mencengkeram lenganku dan
punggungku. Kaki kanannya diangkat hingga ke
pinggangku dan kadang dia gesek-gesekkan.
Dalam pikiranku, mungkin kali ini ejakulasiku
tidak selama seperti sama Tante Yana akibat
terbawa romantisnya suasana.
Dari sini aku bisa tahu bahwa Anita itu tipe orang
romantis dan lembut. Tapi tetap saja nafsunya
besar. Malah dia langsung mengarahkan dan
menusukkan penisku ke liang senggamanya
tanpa adegan-adegan lain. Berhubung Anita
masih virgin, memasukkannya tidak mudah.
Butuh sedikit dorongan dan tahan sakit termasuk
aku juga. Wajah Anita nampak menahan sakit.
Gigi atasnya menggigit bibir bawahnya dan
matanya terpejam keras persis seperti keasaman
makan buah mangga atau jambu yang asem.
Tak lama, “Aaahh.. aa.. aahh..” Anita berteriak
lumayan keras, aku takutnya terdengar sampai
keluar. Selaput perawannya sudah tertembus.
Aku mencoba menggoyangkan maju-mundur
di dalam liang yang masih sempit itu. Tapi, aku
merasa sangat enak sekali senggama di liang
perawan. Anita juga ikutan goyang maju-
mundur sambil meraba-raba dadaku dan
mencium bibirku. Ternyata benar perkiraanku.
Sedikit lagi aku akan ejakulasi. Mungkin hanya
sekitar 6 menit. Meski begitu, keringatku pun
tetap mengucur. Begitupun Anita.
Dengan agak menahan ejakulasi, gantian
kurebahkan Anita, kukeluarkan penisku lalu
kukocokdi atas dadanya. Mungkin akibat masih
sempit dan rapatnya selaput dara Anita, batang
penisku jadi lebih mudah tergesek sehingga lebih
cepat pula ejakulasinya. Ditambah pula dalam
seminggu tersebut aku tidak onani, nonton BF,
atau sebagainya. Kemudian, “Crit.. crit.. crott..”
kembali kujatuhkan spermaku di tubuh orang
untuk kedua kalinya. Kusemprotkan spermaku di
dada dan payudaranya Anita. Kali ini
kencrotannya lebih sedikit, namun spermanya
lebih kental. Bahkan ada yang sampai mengenai
leher dan dagunya. Anita yang baru pertamakali
melihat sperma lelaki, mencoba ingin tahu
bagaimana rasanya menelan sperma. Anita
meraup sedikit dengan agakcanggung dan
ekspresi wajahnya sedikit menggambarkan
orang jijik, dan lalu menjilatnya.
Terus, Anita berkata dengan lugu, “Emm.. ee..
De.. kalo ‘itu’ gimana sih rasanya?” sambil
menunjuk ke kejantananku yang masih berdiri
tegak dan kencang. “Eh.. hmm hmm.. cobain
aja sendiri..” sambil tersenyum ia memegang
batang kemaluanku perlahan dan agak
canggung. Tak lama, ia mulai memompa
mulutnya perlahan malu-malu karena baru
pertama kali. Mungkin ia sekalian membersihkan
sisa spermaku yang masih menetes di sekujur
batangku itu. Kulihat sekilas di lubang vaginanya,
ada noda darah yang segera kubersihkan
dengan tissue dan lap. Setelah selesai, aku yang
sedang kehabisan stamina, terkulai loyo di
ranjang Anita, sementara Anita juga rebahan di
samping. Kami sama-sama puas, terutama aku
yang puas menggarap ibu dan anaknya itu.


Adult | GO HOME | Exit
1/4956
U-ON

inc Powered by Xtgem.com